Jika kita lihat, maka
suatu agama jika sudah sampai kepada tingkat epistemologi Islam, epistemologi Kristian,
epistemologi Gereja. Karena jika dikatakan metode Islam maka serasa kurang
pantas atau kurang tepat. Mengerti ruang dan waktu dalam implementasinya banyak
sekali. Orang yang tidak sopan kelak akan mendapat azab dan hukuman, baik di
dalam hati, di dalam pikiran, di dalam jiwa, dan di dalam raganya. Sebagai
contoh, Pandita Durna merupakan orang yang buruk rupa, cacat, cara bicaranya
yang tidak jelas. Dahulunya, Pandita Durna merupakan seorang satria bagus, yang
rupawan dan tampan. Namun karena pikiran Pandita Durna yang tidak sopan dan
santun dan dihadapan Raja, Pandita Durna berbicara sembarangan, yang pada
akhinya sang Mahapatih Gondomono marah besar, dihajarlah Pandita Durna hingga ia
pincang. Sehingga menjadilah Pandita Durna yang buruk rupa. Itu merupakan buah
bagi orang yang tidak tahu diri dan tidak sopan santun.
Cerita tentang
Rasulullah SAW dan sahabatnya. Suatu ketika Rasulullah SAW di kerumuni oleh
para sahabat karena ada suatu acara rutin. Ada salah satu sahabat bertanya
kepada Rasulullah SAW. “Ya Rasulullah, sebenar-benarnya aku ingin bertanya
kepada Rasulullah, aku ingin tanya sebenar-benarnya wajah Rasulullah SAW itu
seperti apa, aku ingin melihat”. Rasulullah SAW menjawab: “jikalau engkau ingin
melihat wajahku, tengoklah lubang telinga anakku.” Maka para sahabat satu per
satu melihat lubang telinga anak Rasulullah SAW. Para sahabat berkata bahwa
lubang telinganya gelap dan tidak ada apa-apanya. Ada seorang yang tidak mau
menengok lubang telinga anak Rasulullah SAW yaitu Abu Bakar as Shidiq. Ditanya
oleh Rasulullah, “wahai Abu Bakar as Shidiq, kenapa engkau tidak ikut dengan
sahabat yang lain untuk menengok lubang telinga anak saya untuk bisa melihat
wajah saya.” Abu Bakar as Shidiq mengatakan, “wahai Rasulullah, ampunilah aku
karena aku ingin mengatakan yang sebenar-benarnya yang terjadi pada diriku.
Perkenankanlah aku menyampaikan bahwa ketika aku tidur, ketika aku berjalan,
ketika aku mandi, ketika aku bepergian jauh, ketika aku pidato, ketika aku
makan, ketika aku sedang melakukan kegiatan apa saja, maka situasinya adalah
bahwa saya sebenar-benarnya merasakan sedang memandang wajahmu ya Rasulullah.”
Rasul menjawab: “inilah dia muridku yang paling cerdas. Wahai para sahabat,
jika engkau ingin melihat wajahku, silahkan bergurulah pada Abu Bakar as Shidiq.”
Itu sebagai perenungan dan pelajaran bagi kita bagaimana kita percaya Rasulullah
SAW dan para Nabi sementara yang secara dhohir sudah meninggal dunia. Sekarang
setelah kita melihat yang terjadi pada Abu Bakar as Shidiq bahwa Abu Bakar as
Shidiq itu melihat wajah Rasulullah SAW sebagai sinar Nur Muhammad. Maka Abu Bakar
as Shidiq nantinya akan mempunyai murid yang akan menjadi guru spiritual.
Mereka tersembunyi, dan wajibnya kitalah yang mencari. Jika kita ingin
meningkatkan kualitas diri kita kepada Tuhan, Allah SWT, maka carilah guru
spiritual. Setelah membaca Nur Muhammad, bahwa berfikir itu dapat menunjang
keimanan. Tetapi untuk dapat beriman tidak cukup dengan pikiran, karena domain
beriman adalah hati. Ternyata Nur Muhammad merupakan awal mula penciptaan yang
ada dan yang mungkin ada.
Berpikir itu merupakan
cara berpikir manusia dan pengalaman. Cara berpikir manusia merupakan hukum
analitik sedangkan pengalaman hukumnya sintetik. Cara berpikir manusia
merupakan analitik. Analitik adalah subjek yang sama dengan predikat. Subjek
yang sama dengan predikat di dunia ini tidak ada. Itu hanya ada di dalam
pikiran atau Tuhan sendirilah yang mampu menjadi subjek sekaligus predikat.
Maka manusia tidak akan pernah sama dengan namanya. Yang bisa sama dengan
namanya hanyalah Tuhan saja. Maka matematika, subjek sama dengan predikat hanya
dalam pengandaian. Jadi, dua sama dengan dua hanya ada di dalam pikiran. Di
dunia ini tidak ada yang dua sama dengan dua. Karena di dunia ini terikat oleh
ruang dan waktu. Maka sebenar-benarnya orang di dunia ini tidak ada yang bisa
mengetahui dirinya sendiri, yang ada hanyalah menggapainya. Kebenaran tersebut
bersifat koheren yaitu konsistensi. Hal tersebut dikatakan benar jika dia
konsisten. Sedangkan yang ada di dunia ini bersifat kontradiksi. Sehingga, subjek
tidak sama dengan predikatnya.
Hidup ini 80% - 90%
terdiri dari intuisi. Sebagai proses intuisi adalah intuisi, namun intuisi
sebagai produk dapat berupa mitos. Maka, anak kecil dapat hidup 80% dengan
mitos. Mitos itu merupakan ia tidak mengerti tetapi melakukannya. Oleh karena
itu, filsafat itu untuk orang dewasa. Artinya, sedapat-dapat kita mengerti
ketika kita melakukannya. Shalat saja dapat merupakan mitos, jika kita tidak
mengerti tujuan shalat itu sendiri. Ternyata shalat 5 waktu merupakan memenuhi
kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mitos meliputi yang ada dan yang mungkin
ada. Namun tidak setiap mitos bersifat jelek. Karena anak kecil belajar dari
mitos. Oleh karena itu, jika kita ingin memahami intuisi, berinteraksilah dan
bersilaturahimlah dengan orang lain. Intuisi itu meliputi yang ada dan yang
mungkin ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar