FIFI
YUNIARTI
09301244030
Pendidikan
Matematika Swadana 2009
Membentuk Hidup yang Bermakna
Jalan hidup seseorang berbeda-beda. Hidup terkadang menyenangkan,
menyedihkan, menyebalkan, menyakitkan, kejam, dan lain sebagainya. Hidup
seperti itu adalah hidup yang dijalani tanpa keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT serta ilmu pengetahuan. Sudah menjadi ketentuan dari Yang Maha
Pencipta bahwa setiap kehidupan manusia akan mendapatkan ujian, cobaan,
tantangan dan kesulitan. Namun sesuai dengan firman Allah Surat Al Baqarah ayat
286 yang artinya “Allah tidak membebani
seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari
(kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang
diperbuatnya. (Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika
kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani
kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang
tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah
kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang
kafir.” Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak akan memberikan
cobaan kepada hambaNya melebihi kemampuan hamba itu sendiri. Tinggal bagaimana
seseorang yang mendapatkan cobaan tersebut menghadapi, memaknai, dan mengambil
hikmah dari setiap cobaan yang menimpanya.
Tidak ada manusia yang tidak khilaf dan bersalah. Tidak ada kehidupan
manusia yang bersih dari noda dan dosa. Menurut Bapak Marsigit,
membangun hidup yang bermakna adalah terjemah dan terjemahkan. Bagaimana kita
memaknai, menerjemahkan setiap hal yang terjadi atau menimpa pada diri kita.
Kita selalu berusaha dan kemudian diiringi dengan berikhtiar dalam doa.
Bagaimana hubungan kita dengan Allah dan bagaimana hubungan kita dengan makhluk
sesama ciptaan Allah.
Peran ilmu yang
luas sangat dominan dalam memahami petunjuk Allah SWT. Dengan Ilmu seseorang
akan mampu melihat perbuatan yang baik dan buruk, yang merugikan atau yang
menguntungkan, yang benar atau yang salah. Ada perbuatan yang menguntungkan
seseorang atau kelompok, tetapi merugikan orang lain dan orang banyak. Hidup
yang tidak dilandasi iman, cenderung menggunakan ilmu dan kemampuannya atas
dasar nafsunya (mengikuti langkah syetan), melupakan fitrah hidup, bahwa jin
dan manusia adalah untuk mengabdi kepada-Nya.
Setiap orang selalu mendambakan
kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi
merupakan akibat dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup
bermakna. Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna
dan ganjaran dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan. Di lain pihak
mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan
kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna. Makna hidup dan hasrat
untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf
kehidupan bermakna yang didambakannya.
Hidup itu memiliki makna (arti)
dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan sekalipun. Makna adalah sesuatu
yang dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai
khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Setiap manusia memiliki
kebebasan untuk menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih
makna atas setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna
positif ataupun makna yang negatif. Makna positif ini lah yang dimaksud dengan
hidup bermakna.
Hidup kita didunia akan menentukan
hidup kita di akhirat. Artinya, kita tidak bisa sembarangan menentukan makna
hidup berdasarkan konsep yang tidak jelas asalnya. Jika kita salah memaknai
hidup ini, kemudian kita hidup berdasarkan makna yang salah, maka sudah bisa
ditebak kearah mana kita akan hidup. Untuk menemukan makna hidup yang benar,
maka kita perlu merujuk ke rujukan yang dijamin kebenarannya yang tiada lain
adalah Al Quran yang merupakan firman Allah Yang Menghidupkan semua manusia.
Tentu saja, Allah SWT yang paling mengetahui tentang hidup kita termasuk makna
hidup kita.
Pertanyaan:
1. Bagaimana
caranya agar kita dapat selalu menjaga niat? Bagaimana agar niat itu selalu
tertanam di hati kita?
2. Apakah
filsafat hanya berkaitan dengan hal-hal abstrak yang tidak mengenai pada
masalah-masalah kehidupan konkrit? Mengapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar